Judul | STUDI KASUS PSIKOPATOLOGI ANAK DAN REMAJA (EDISI KEEMPAT) |
Penulis | LINDA A. WILMSHURST |
Jumlah Halaman | XXXVI+808 |
Penerbit | PUSTAKA PELAJAR |
Kategori | PSIKOLOGI & PENGEMBANGAN DIRI |
Judul | TEORI KRITIS MAZHAB FRANKFURT SEBUAH PENGANTAR |
Penulis | DR. HENDRAGUNAWAN S. THAYF |
Jumlah Halaman | VII+160 |
Penerbit | PUSTAKA PELAJAR |
Kategori | SOSIAL & POLITIK |
Cetakan 1 : Desember 2021
ISBN : 978-623-236-242-0
Sampul : Soft cover
Sebagai suatu varian neo-marxisme, maka landasan ideologis dari Teori Kritis adalah sosialisme, paham yang mencita-citakan dan memperjuangkan terciptanya masyarakat yang setara berlandaskan solidaritas dan kerja sama (Newman, 2005: 2-3). Paham sosialisme sendiri memiliki beragam aliran: sosialisme etis-religius, sosialisme utopia, anarkisme, Marxisme (disebut juga sebagai komunisme atau sosialisme ilmiah), sosialisme demokrasi, Fabianisme (dikenal juga Sosialisme Inggris), sosialisme pluralis, sosialisme pasar, sosialisme “jalan ketiga”, sosialisme feminis, dan sosialisme hijau. Daftar tadi masih dapat ditambah dengan beberapa varian regional lainnya seperti Sosialisme Amerika Latin, Sosialisme Asia, dan Sosialisme Arab (Vincent, 2010: Newman, 2005).
Namun demikian, Sindhunata mendaftar beberapa ciri yang membedakan pemikiran teori kritis dari Marxisme ortodoks: (1) berbeda dari Marxisme yang didasarkan pada paham materialisme, para penggagas teori kritis mengklaim sebagai pewaris seluruh tradisi filsafat Jerman, yang berarti termasuk di dalamnya, filsafat idealisme, (2) teori sosial kritis tidak lagi memandang proletariat sebagai kelas revolusioner, (3) teori sosial kritis memandang revolusi bukan merupakan solusi selama struktur kebutuhan yang mendasari kehidupan masyarakat tetap tidak berubah, (4) para pendiri teori sosial kritis menolak totalitarianisme, termasuk aplikasinya di Uni Soviet dahulu, (5) para pendiri sosial kritis memandang perubahan dalam masyarakat tidak akan terjadi karena kontradiksi dalam masyarakat sendiri, (6) berbeda dari cara pandang marxis yang kolektivis dalam filsafat sosialnya, teori kritis melakukan analisis terhadap individu, secara mandiri, lebih spesifik lagi, teori kritis menggunakan pendekatan psiko-analisis Freudian dalam melihat cacat dan ketimpangan dalam masyarakat modern.
Perlu diketahui teori kritis bukanlah suatu bangunan teori paripurna, bukan juga suatu tradisi metodologis yang ketat dan mapan, melainkan sebuah “program metodologi jangka panjang yang selalu diperbaiki dan dilengkapi dengan wawasan baru” (Hardiman, 2009: 59). Teori ini sejatinya merupakan suatu ‘gerakan” bersama dalam pengertian yang tidak begitu ketat (Tjahjadi, 2007:2), dari “sekelompok inteligensia dalam kurun sejarah tertentu” yang bersikap aktif dalam meresponsdinamika realitas sosial sehingga teori ini sendiri pun “tidak pemah mandek. Ia mengalir dan berubah” (Laksana, 1997:16).